Beritasantai.com | Kalau bicara soal sosok yang bisa bikin publik terpana tanpa mantra “abrakadabra”, nama Deddy Corbuzier pasti masuk daftar teratas. Dulu ia dikenal sebagai pesulap dengan tatapan tajam dan gaya misterius. Kini, ia berdiri di persimpangan antara dunia hiburan, intelektualitas, dan bahkan politik. Perjalanannya panjang, penuh liku, tapi selalu terasa penuh kendali—seperti setiap triknya yang tampak mustahil tapi sesungguhnya penuh perhitungan.
Awal Kehidupan: Dari Anak Penasaran ke Calon Mentalis
Lahir di Jakarta pada 28 Desember 1976, Deddy memiliki nama lengkap Deodatus Andreas Deddy Cahyadi Sunjoyo. Ia tumbuh dalam keluarga sederhana, tapi rasa ingin tahunya luar biasa besar. Sejak kecil, Deddy sudah menunjukkan minat pada hal-hal yang tidak biasa.
Ketika ayahnya sering berpindah tugas ke luar negeri, Deddy ikut serta, berpindah dari satu lingkungan ke lingkungan lain. Dari pengalaman itu, ia belajar banyak tentang cara berpikir terbuka dan beradaptasi cepat. Tapi yang paling penting: di sanalah ia mengenal dunia yang kelak mengubah hidupnya—sulap.
Menemukan “Mental Magic” di Negeri Orang
Perjalanan Deddy kecil membawanya sampai ke Israel, tempat ia pertama kali mengenal cabang sulap yang disebut mental magic. Ini bukan jenis sulap yang mengandalkan trik tangan atau asap dan cermin, melainkan permainan psikologi dan persepsi manusia. Ia belajar membaca bahasa tubuh, logika berpikir, dan bagaimana sugesti bisa menggerakkan pikiran orang lain.
Di usia muda, Deddy sudah tergabung dalam International Brotherhood of Magicians, organisasi prestisius bagi para pesulap dunia. Dari situ, ia menyerap banyak ilmu dari para mentor internasional. Sejak awal, Deddy sudah menaruh respek tinggi pada ilmu dan logika. Bagi dia, keajaiban tidak lahir dari sihir, tapi dari kemampuan manusia memahami pikiran manusia lainnya.
Asal Usul Nama “Corbuzier”
Banyak yang mengira nama “Corbuzier” adalah nama buatan atau julukan panggung misterius. Padahal, nama itu terinspirasi dari Le Corbusier, arsitek legendaris asal Prancis yang dikenal dengan gaya berpikir modern dan rasional. Deddy mengagumi sosok itu karena kemampuannya menyeimbangkan seni dan logika—sesuatu yang juga ingin ia terapkan dalam kariernya sebagai mentalis.
Dari situ lahir nama panggung “Deddy Corbuzier.” Nama yang kini tak hanya dikenal di Indonesia, tapi juga di dunia internasional.
Awal Karier: Impresario 008 dan Lompatan ke Layar Kaca
Tahun 1998, Deddy memulai debut televisinya lewat acara “Impresario 008” di RCTI. Pada masa itu, publik Indonesia masih belum akrab dengan konsep mentalist. Deddy tampil beda—berpakaian serba hitam, berbicara dengan nada tenang tapi tegas, dan memperlihatkan trik yang bukan sekadar hiburan mata, melainkan permainan logika.
Gaya barunya langsung mencuri perhatian. Ia membuat sulap terasa intelektual dan modern. Dari sanalah Deddy mulai dikenal sebagai pelopor mental magic di Indonesia.
Puncak Popularitas: “The Master” dan Dua Penghargaan Dunia
Karier Deddy terus menanjak di awal 2000-an. Ia tampil di berbagai acara televisi, pertunjukan live, hingga meraih Merlin Award sebagai Mentalis Terbaik Dunia—dua kali berturut-turut. Penghargaan ini menempatkannya sejajar dengan nama besar seperti David Copperfield dan Criss Angel.
Namun, puncak ketenarannya datang lewat program “The Master” di RCTI. Sebagai juri sekaligus pembawa acara, Deddy tampil dengan gaya khasnya: tegas, rasional, tapi tetap karismatik. Ia tidak hanya menilai trik, tapi juga mentalitas dan kreativitas para peserta. Dari acara ini pula, publik melihat Deddy sebagai sosok mentor dan pemimpin opini di dunia hiburan.
Dari Panggung ke Platform Digital: Lahirnya “Close The Door”
Setelah bertahun-tahun jadi wajah televisi, Deddy beralih ke dunia digital. Ia mendirikan kanal YouTube “Close The Door”, sebuah podcast talkshow yang kini menjadi salah satu kanal paling berpengaruh di Indonesia.
Konsepnya sederhana: dua orang duduk, berbincang tanpa naskah, tanpa sensor, tapi penuh makna. Namun, di tangan Deddy, format itu jadi luar biasa. Ia mengundang tokoh-tokoh dari berbagai latar—pejabat, ustaz, selebritas, bahkan tokoh kontroversial—dan menggali pikiran mereka dengan pertanyaan-pertanyaan tajam.
Gaya bicaranya blak-blakan tapi berlogika. Ia bisa membuat tamu nyaman, tapi juga menantang mereka untuk berpikir. Dari situ, lahirlah reputasinya sebagai podcaster dan komunikator ulung.
Babak Baru: Dari Entertainer ke Staf Khusus Menteri Pertahanan
Tahun 2025 menandai perubahan besar dalam hidup Deddy Corbuzier. Ia resmi diangkat sebagai Staf Khusus Menteri Pertahanan Republik Indonesia. Langkah ini mengejutkan banyak orang, tapi sekaligus terasa masuk akal.
Dengan kemampuan analisis, cara berpikir strategis, dan kemampuan komunikasi publik yang kuat, Deddy dianggap bisa memberi perspektif segar di lingkaran pemerintahan. Keputusan itu juga membuktikan bahwa dirinya bukan sekadar selebritas, tapi juga pemikir dan profesional yang dihormati.
Ujian Pribadi: Saat Sorotan Bergeser ke Rumah Tangga
Di tengah puncak kariernya, kehidupan pribadi Deddy pun ikut jadi sorotan. Pada Oktober 2025, publik dikejutkan dengan kabar gugatan cerai yang diajukan oleh istrinya, Sabrina Chairunnisa. Pasangan yang dikenal harmonis dan sering tampil bersama di media sosial itu mendadak menghadapi ujian besar.
Meski banyak spekulasi beredar, Deddy memilih tetap tenang. Ia tidak mengumbar drama ke publik, melainkan menanggapi situasi dengan kepala dingin—seperti prinsip yang selalu ia pegang di atas panggung: kendalikan pikiran, bukan dikendalikan emosi.
Pelajaran dari Seorang Mentalis: Antara Logika dan Kehidupan
Deddy Corbuzier bukan sekadar nama besar di dunia hiburan. Ia adalah simbol dari ketekunan, kecerdasan, dan kemampuan beradaptasi. Dari anak kecil yang belajar sulap di luar negeri, ia tumbuh menjadi ikon hiburan, komunikator publik, hingga figur pemerintahan.
Namun perjalanan hidupnya juga mengajarkan satu hal penting: kesuksesan profesional tidak menjamin ketenangan pribadi. Hidup tetap penuh tantangan, bahkan bagi mereka yang tampak selalu punya kendali. Tapi justru di situlah nilai Deddy—ia menghadapi semua itu dengan kepala dingin dan hati kuat.
Kini, Deddy terus melangkah. Dari trik pikiran ke strategi kebijakan, dari panggung sulap ke ruang diskusi nasional. Ia tak hanya menipu mata penonton, tapi membuka pikiran publik. Dan mungkin, kalau ada satu trik terbesar yang pernah ia lakukan, itu adalah mengubah persepsi masyarakat tentang dirinya sendiri—dari entertainer menjadi inspirator.[]









