Beritasantai.com | Perekonomian lagi susah, Bung. Yang kaya mendadak ngirit, yang biasa-biasa makin tercekik, yang pas-pasan? Pasrah sambil nunggu cashback dari aplikasi belanja. Mall yang dulu jadi tempat transaksi, sekarang berubah fungsi: jadi studio foto dadakan, tempat jalan-jalan cardio gratis, dan museum benda-benda yang tak terjangkau.
Kini, dunia per-mall-an tak lagi dihuni pembeli sejati. Mereka telah digantikan oleh rombongan-rombongan spiritual belanja, yang hadir hanya untuk “merasakan” atmosfer toko tanpa niat meninggalkan jejak di mesin EDC.
Mari kita kenali satu per satu para rombongan ini. Karena mengenal adalah langkah awal untuk menerima—dan ketawa.
1. ROJALI – Rombongan Jarang Beli
Mereka masuk toko dengan percaya diri, tatapan tajam, langkah penuh visi. Tapi di dalam? Cuma pegang barang, balikkan label harga, lalu letakkan kembali dengan wajah trauma.
Biasanya mereka berdialog lirih:
“Ini murah sih… tapi kalau beli, besok makan Indomie rasa doa doang.”
Toko udah kasih diskon 90% pun mereka masih mikir, “Kalau gratis baru bener-bener worth it.”
2. ROHANA – Rombongan Hanya Nanya
Tipe ini bikin karyawan toko senyum palsu seharian. Masuk dengan banyak pertanyaan, tapi keluar cuma bawa flyer.
“Mbak, ini ada warna lain nggak? Ukuran S ada? Kalo saya beli dua, diskon lagi nggak? Opsi cicilan gimana? Kalo saya jadi beli minggu depan, harganya masih segini gak?”
Setelah 45 menit wawancara seperti calon pembeli rumah, akhirnya mereka bilang:
“Makasih ya, nanti saya pikir-pikir dulu…”
Spoiler alert: tidak akan dipikirkan.
3. ROHALUS – Rombongan Hanya Elus-Elus
Mereka nggak tanya, nggak beli, tapi… ngelus-ngelus semua barang. Dari tas, baju, sampe perabotan. Nggak tau kenapa, mungkin biar dapet “feel” jadi orang kaya.
Pernah ada yang elus kulkas 3 pintu sambil berbisik:
“Sabar ya, aku belum mampu sekarang…”
Terapi mereka itu sentuhan. Terapi kita? Ngeliat mereka dari jauh sambil khawatir ada yang copot.
4. ROHALI – Rombongan Hanya Lihat-Lihat
Ini rombongan yang ngebuat mall kayak museum. Jalan santai, tatapan tajam, bibir bisik-bisik:
“Ih lucu banget ya…”
“Tapi mahal…”
“Yah udah, liatin aja deh.”
Ada juga yang rela 2 jam di toko elektronik cuma buat nonton trailer film 4K di TV 80 inci. Di akhir?
“Nonton di rumah aja deh, pake HP.”
5. ROCEGA – Rombongan Cek Harga
Mereka niat masuk, liat-liat tag, lalu ekspresi berubah mendadak kayak abis lihat nilai ujian.
“Lah ini kaos Rp499.000? Merknya bukan Gucci, cuma ‘Goci’…”
Kadang mereka suka selfie sama label harga buat di-share ke grup keluarga:
“Tuh liat, harga hidup makin nggak masuk akal!”
6. ROMANSA – Rombongan Manis Senyum Aja
Ciri khas: senyum tanpa alasan. Senyum ke SPG, senyum ke etalase, senyum ke patung display. Bikin tenang, tapi juga agak horor kalau dipikir-pikir.
Biasanya mereka dateng buat nemenin teman belanja, tapi dompetnya cukup buat bayar parkir doang.
Senyum mereka dalam hati berkata:
“Aku ikut aja, biar nggak kesepian…”
7. ROTASI – Rombongan Tanpa Transaksi
Ini adalah master of window shopping. Mereka bisa muter seluruh lantai mall dari atas sampe basement tanpa beli apapun. Cuma muter.
Tiap muter satu lantai, mereka komentar:
“Boleh lah… tapi nanti aja.”
Besok datang lagi, muter lagi, dan tetap… tidak ada transaksi. Mereka seperti planet yang mengorbit etalase toko, tapi nggak pernah mendarat.
8. ROSALI – Rombongan Suka Selfie
Mall bukan tempat belanja. Mall adalah studio konten.
Tujuan utama: bikin story Instagram 15 detik biar keliatan gaya.
Biasanya dialognya:
“Eh foto dong di depan lift ini, aesthetic banget!”
“Yang ini kayak vibes Tokyo, padahal mall Bekasi.”
Beli? Kagak. Tapi stock foto buat konten bisa cukup buat seminggu.
9. ROCADOH – Rombongan Cari Jodoh
Mall jadi tempat ganti status. Mereka datang berharap, bukan bawa uang tapi bawa niat suci mencari cinta.
Biasanya duduk di food court, ngeliatin sekitar sambil pura-pura ngetik. Kadang ngobrol basa-basi sama SPG:
“Kak, ini bajunya cocok nggak kalo buat kencan pertama?”
Mereka gak beli, tapi pulang bawa harapan… dan mungkin nomor WA (kalau beruntung).
10. ROCUTA – Rombongan Cuci Mata
Target: bukan barang, tapi visualisasi kehidupan yang nggak mereka miliki.
Biasanya komentar-komentar mereka:
“Wah gila ya, ada sofa kayak gini…”
“Pengen banget beli, tapi nanti deh, nunggu rezeki.”
“Liat-liat aja udah seneng kok.”
Mereka percaya bahwa visualisasi adalah langkah awal dari manifestasi. Tapi langkah berikutnya? Ya… nggak tahu kapan.
11. ROMUSA – Rombongan Muka Susah
Ini bukan gaya, tapi kenyataan. Masuk mall kayak ikut sidang utang piutang. Mukanya penuh beban hidup. Nggak senyum, nggak ngobrol, cuma jalan dengan ekspresi “aku pengen pulang tapi mending di sini ada AC.”
Mereka kayak karakter film indie yang lagi merenung di bawah lampu toko mewah. Kadang duduk di kursi tengah atrium sambil mantengin langit-langit. Melankolis level dewa.
Mall saat ini bukan lagi pusat perbelanjaan. Ia telah berevolusi menjadi taman hiburan ekonomi sulit.
Tempat orang-orang datang bukan untuk konsumsi, tapi untuk kontemplasi.
Di antara diskon dan etalase, kita temukan ironi: semakin besar mall-nya, semakin kecil transaksi kita.
Tapi tenang, rombongan-rombongan ini tetap menjaga nyawa mall tetap hidup. Walau tak membeli, mereka memberi:
- Memberi keramaian
- Memberi harapan
- Memberi cerita lucu buat ditulis… kayak artikel ini.
Jadi, kalau kamu hari ini cuma cuci mata, elus-elus tas mahal, terus selfie depan lift, jangan minder.
Kamu tidak sendiri. Kamu bagian dari komunitas. Komunitas RO___. Silakan isi titik-titik dengan jujur. 😌