BERITASANTAI.com | Harga cabai di Jakarta belakangan ini bikin heboh! Gimana nggak? Berdasarkan pantauan Badan Pangan Nasional (Bapanas), harga cabai rawit merah di Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ) tembus Rp110 ribu per kilogram. Cabai merah besar (CMB) dan cabai merah keriting (CMK) juga ikut-ikutan naik, masing-masing jadi Rp66 ribu dan Rp73 ribu per kg.
Kenaikan ini tentu nggak lepas dari cuaca ekstrem yang melanda wilayah-wilayah penghasil cabai. Menurut Deputi Bidang Ketersediaan dan Stabilisasi Pangan Bapanas, I Gusti Ketut Astawa, produksi cabai turun drastis karena curah hujan yang tinggi, banjir, dan serangan hama. Ketut bilang, “Curah hujan yang tinggi membuat banyak cabai membusuk di pohon. Kondisi ini juga diperparah dengan adanya serangan organisme pengganggu tanaman.”
Cuaca Ekstrem: Penyebab Utama Harga Cabai Meroket
Kondisi cuaca buruk jadi biang kerok. Beberapa daerah penghasil cabai seperti Jember, Temanggung, Sukabumi, Sidrap, dan Wajo terkena imbas banjir dan tanah longsor. Bahkan, produktivitas cabai di daerah Wajo dan Sidrap dilaporkan turun sampai 60-70%! Ini jelas mempengaruhi pasokan cabai ke Jakarta.
Pasokan cabai yang biasanya mencapai 120 ribu ton, sekarang cuma 39-50 ribu ton. Ada hari tertentu, pasokan bahkan cuma 22 ribu ton. Kebayang dong, gimana paniknya pedagang dan pembeli?
Ketut juga menyebutkan, angin kencang dan tanah longsor di Sukabumi memperburuk situasi. “Kami sedang memetakan lokasi yang masih memiliki potensi produksi. Jika memungkinkan, kami akan membantu mempercepat distribusi dari wilayah tersebut ke pasar,” jelasnya.
Petani dan Tantangan Panen di Musim Hujan
Masalah nggak cuma datang dari cuaca, tapi juga tantangan saat memanen. Ketut bilang, saat hujan deras, banyak petani yang nggak mau memetik cabai. “Saya tanya ke champion-champion, katanya begitu hujan, petani yang metik juga nggak mau. Jadi itu juga akan mengganggu pasokan biasanya,” tambahnya.
Selain itu, serangan hama juga makin parah karena kelembapan tinggi. Alhasil, cabai banyak yang busuk di pohon sebelum sempat dipanen. Ini bikin cabai yang berhasil dipanen jumlahnya jauh lebih sedikit dari biasanya.
Upaya Mengatasi Lonjakan Harga
Menghadapi kondisi ini, Bapanas nggak tinggal diam. Mereka bekerja sama dengan Kementerian Pertanian dan para petani untuk memastikan distribusi berjalan lancar. Namun, Ketut menegaskan, masalah utama tetap ada di produksi, bukan distribusi.
Beberapa langkah yang sedang dilakukan, antara lain:
- Memetakan daerah yang masih bisa menghasilkan cabai dan mempercepat distribusinya.
- Mendorong petani untuk memulai masa tanam baru, meskipun tantangan cuaca tetap jadi kendala utama.
Prediksi Harga: Kapan Akan Turun Lagi?
Kabar baiknya, Ketut memperkirakan harga cabai akan mulai turun pada akhir Januari atau awal Februari, dengan syarat cuaca kembali normal. Tapi, jika cuaca buruk terus berlanjut, harga cabai bisa saja tetap tinggi.
“Bagaimana pun cabai itu pasti rentan sekali dengan hujan,” ujar Ketut.
Kenaikan harga cabai ini jadi pengingat betapa pentingnya stabilitas cuaca dan peran petani dalam rantai pasok pangan. Kalau Anda sering masak di rumah, kenaikan harga ini pasti bikin dompet terasa lebih tipis. Sementara kita menunggu harga stabil, yuk coba cari alternatif lain untuk masakan pedas favorit! Misalnya, mengganti cabai rawit dengan sambal instan atau cabai kering yang harganya lebih stabil.
Tetap semangat, ya! Semoga harga cabai cepat turun dan dapur Anda kembali aman. 🌶️